Rabu, 01 Juni 2016

Mengenal Agen Pengendali Hayati

Pengembangan Trichogramma sebagai agen pengendali hayati saat ini sedang populer agaknya, atau lagilagi aku yang kurang up to date?? Padahal melihat jurnal-jurnal yang telah ada saat ini, penelitian mengenai Trchogramma ini sudah dilakukan sejak dahulu, sebelum tahun 2000. Jadi kita simpulkan agi-lagi aku yang kudet -.-, 

Sebenarnya apa sih Trichogramma itu? spesies nya pun terdiri atas beragam jenis.  Jadi Trichogramma itu merupakan jenis serangga yang sangat kecil yang dapat berfungi sebagai agen hayati, karena dia memakan telur penggerek batang. 

Okay kita mulai cerita dari Penggerek batang ya, yaitu serangga hama pula yang menyerang tanaman budidaya. Penggerek ini bisa menurunkan hasil produksi mencapai 75% pada tebu, 80%pada kedelai, bahkan bisa menyebabkan puso (gagal panen). Selain itu peggerek juga bisa menyerang padi, jagung, kapas, dll. Gejala serangan penggerek ini dapat terlihat dari adanya bekas gereka yang seperti lorong memanjang. Bekas seperti lorong ini merupakan bekas jalan yang digunakan oleh ulat yang memakan jaringan tanaman. Naah misalkan saja pada tebu, yang dari luar terlihat utuh, bisa jadi dialamnya ada serangan penggerek yang menyebabkan batangnya kosong tak  berisi.



Ulat Penggerek Batang Tebu



Selama ini pengendalian penggerek bisa dilakukan dengan insektisida sistemik misal menggunakan Carbofuran, (furadan 15 kg/ha) namun hal ini menyebabkan biaya produksi nya menjadi lebih mahal. sementara jika menggunakan pestisida, pengendalian dirasa kurang tepat karena ulat penggerek  bersembunyi di dalam jaringan tanaman, sehingga pestisida tidak mampu menjangkau dan membunuh ulat. Maka dari itulah di kembangkannya Trichogramma, dimana agen kita yang satu ini dapat memparasit (bahasa mudahnya memakan telur-telur ulat ini sebelum menetas). Sehingga, dengan dimakannya telur-telur ini, tak ada ulat yang menetas, tak ada yang menjadi imago, dan tak ada yang meneruskan keturunannya, tul kan?

Trichogramma ini sendiri dapat ditemukan pula secara alami di tanaman budidaya, namun jumlahnnya bisa sangat terbatas sehingga masih kurang mampu mengendalikan hama, maka perlu dilakukan perbanyakan dahulu (di Lab) agar jumlahnya bisa mencukupi untuk mengendalikan perkebunan. Ukuran dari serangga hama ini amat kecil, 0.75 mm. Nanti kita pelajari yah cara pengembangannya, dan apa saja yang dibutuhkan dalam pengembangannya.

Subhanallah kan, semakin di pelajari semakin banyak pula rahasia yang terungkap. Benar-benar tak ada yang sia-sia Ciptaan Alloh di dunia inii. Mulai dari makhluk sekecil apapun, makhluk se pengganggu apa pun, telah ada diciptakan pula penangkarnnya, begitu pula penyakit, tak ada penyakit yang tidak ada obatnya, hanya saja kemampuan kita yang terbatas sehingga belum mampu menggalinya.

Related Posts:

  • Pengendalian Tikus Terpadu Sudah lama ini gak jalan-jalan ke Lapang, semenjak aku bertugas bareng kanjeng papi. Terkadang kangen juga ke lapang, dan seperti membaca isi hati ku, kemarin masih sering diminta pengamatan sama kanjeng papi, jadi masih bis… Read More
  • Bunga di Tepi Jalan Kali ini bukan lagi tentang mawar, krisan atau bahkan kembang kertas yang sedang menarik perhatian tapi pohon-pohon peneduh sepanjang jalan. Ada yang merasa?? Pohon2 di pinggir jalan sedang berbunga akhir2 ini. Pasti sebenar… Read More
  • Gleges gleges Akhir2 ini banyak meme- tentang #anak90'an. Yaa jujur sebagai anak 90 an juga, aku rindu akan masa2 itu. Masa2 berharga, yang belum pengen dan tidak akan dilupakan. Banyak sekali kenangan saat itu, mulai dari kartun kesayang… Read More
  • Grow best, the best of you Some flowers grow best  in the sun, some other grow best in the shadow. Alloh know the best, so he puts us where we grow best. --Love this quote so much— Wherever you are, whenever you are, just be the best of you as… Read More
  • Cara Mempertahanan Kesegaran Bunga Potong Krisan Cantik kan, bunga nya,            Tapi ibu yang diatas itu juga ga kalah cantik Lohh, Beliau adalah Ibu Titiek Suharto, Putri dari orang nomor satu negeri ini - kala itu. K… Read More

0 komentar:

Posting Komentar