Adzan Subuh
pagi ini begitu menggema di telingaku, entah suaranya yang terlalu merdu, atau
mungkin aku yang terlalu riindu, ibuku..kampung halamanku. Subuh di bulan
Ramadhan yang tak pernah tertinggal di Masjid kampungku, bersamamu..ibu ..
Seandainya
jarak itu dekat ibu, antara masjid dan Mess ku, tentu aku tak kan pernah
melewatkan Subuh kiita di masjid itu. Karena hanya dengan itu aku sealu
merasakan hadirmu, bu. Namun apa daya, 400 meter yang tak berani kuarungi
seorang diri. Aku hanya bisa menunggu waktu dari teman-temanku untuk bisa pergi
ke masjid itu bersamaku.
Sejujurnya
aku rindu, tapi aku harus kuat kan? Aku selalu pura-pura kuat disaat
orang-orang kantor menanyaiku, kenapa aku tidak pulang kampung di saat lebaran? Belum lagi harus ku balas
tiap chat dari teman-teman di seberang sana yang pula menanyakan tentang
kepulanganku. Baik hanya sekedar untuk basa-basi, untuk ngajak buber sampai ngajak
reuni. Ada rasa getir setiap kali aku harus menjawabnya dengan penuh keyakinan,
kujawab "tahun depan saja yaa", ditambah senyum manis atau emoticon
ceria yang kubuat seperti itu. Karena memang itu, aku tak ingin semua kasihan
padaku. Aku ingin kalian tetap kuat seperti ku. Bukan berarti aku tak kangen
dan tak menunjukkan rasa kangen. Malahn bu, ada yang bilang aku udah kerasan
disini, sampe ndak pulang segala, hho. Heyy bukan ituu :) .
Tapi bu, jangan khawatir, disini aku tlah belajar banyak hal. belajar menerima
semua kenyataan hidup, baik suka duka maupun tawa. Belajar menerima bahwasanya tak
semua yang kuharapkan itu yang terwujud, tak semua diridhoi. Karena Alloh punya
rencana lain untukku, namun yang pasti rencana-Nya lebih baik dari rencanaku. Ya kan bu, Ibu
pasti meng-Amin i itu. Hanya doa dan restu ibu, bapak dan seluruh keluarga yang
aku minta setiap kali kiita mengakhiri cengkerama melalui telepon seluler.
Ibu,
Ramadhan kali ini beda tanpamu yang membuat rinduku semakin menggevu. Aku ingat saat-saat dimana ibu selalu
menyiapkan makan sahur untuk kami, dimana aku pun tak jarang masih malas-malas
di tempat tidur sampai saat ibu membangunkanku-lagi, untuk makan sahur. Jadi kami tinggal makan hidangan yang telah siap di atas meja plus teh hangatnya. Maaf
ibu, aku tak pernah membantunmu hingga tuntas.
Disini bu, mulai kusadari dan banyak yang kupelajari, tentang semua tanggungjawabmu. Bahkan, aku kini sudah
bisa menyiapkan sahurku sendiri, untuk teman-teman ku dan juga untuk atasanku.
Justru yang paling aku sedihkan adalah, disaat ini aku seharusnya bisa
membantumu memilihkan menu dan menyiapkan sahur, aku kini malah telah
jauh dari mu. Ingin rasanya aku memeluk ibu, dan memijit pundak kuat ibu untuk
sekedar meringankan bebanmu bu..
Wa'Allohualam.. Semoga Alloh meridhoi kesempatan itu, dengan
mengabulkan permohonkanku, untuk melimpahkan kepada ibu bapak dan keluarga yaitu kesehatan dan umur yang panjang.
Aamiiin..
Waingapu, 17 Juni 2016
Dari Anakmu
0 komentar:
Posting Komentar