Senin, 16 November 2015

Gleges gleges

Akhir2 ini banyak meme- tentang #anak90'an. Yaa jujur sebagai anak 90 an juga, aku rindu akan masa2 itu. Masa2 berharga, yang belum pengen dan tidak akan dilupakan. Banyak sekali kenangan saat itu, mulai dari kartun kesayangan, permaian, sampe makanan favorit (snack). Salah satu yang tak terlupa adalah tentang Gleges. Tau gleges kah?? Yaitu kembang tebu, yang tumbuh menjulang, berbentuk tandan, berwarna putih, lembut dan halus seperti bulu-bulu nya Dewi kwan Im :v.

Sewaktu kecil aku hobi banget mainan gleges. Sepulang sekolah- setelah ganti baju tentunya, aku sering mencari gleges sama Mas Nanang dan temen-temennya. Saat itu aku masih tinggal di Boyolali. Suatu daerah yang sudah lumayan ramai krn termasuk kota kecamatan, Dusun Kweni, yang letaknya di pinggir Jalan Raya Solo Semarang. Wilayah nya dekat dengan pabrik-pabrik, tapi jika kita masuk kedalam lagi, masih banyak  ditemui perkebunan- kala itu.

Gleges gimana mainnya?? Yaa gitu biasanya di buat tombak2 an, dan aku suka bunga nya yang putih, bekas dipotong itu. Selain cari gleges nya, kami kecil juga sering cari tebu, di kebun orang tapi, hhe. Di kebun twbu pula lah, aku pernah belajar mlinteng (main ketapel). Waktu itu aku ndak punya ketapel. Tapi aku bantuin mas Nanang bikin ketapel, memilih batang berbentuk huruf Y terbaik, dan mengasahnya jadi haluus. Makanya, Mas Nanang juga ga kebertan pinjem in ketapelnya untukku. Nahh setelah beberapa kali belajar ketapel, aku akhirnya berhasil mendapatkan buronan seekor emprit yang lagi bertengger di atas gleges. .

Yaa ampun, jahat yak Tyas kecil waktu itu. Sebenarnya saat itu, bukan karena aku pengen mendapatkan empritnya, tapi karena ingin mengasah keahlian ku dalam bermain ketape dengan membidik sasaran. Tetapi setelah berhasil memelinteng se-ekor emprit itu, aku tidak pernah lagi pinjam ketapelnya Mas Nanang. Aku merasa sudah puas dan cukup. Dan aku Masih inget banget komentar Mas Nanang, yang bilang bahwa itu cuma kebetulan, dan katanha, aku gak mau main ketapel lagi karena takut meleset sasaranya, hehe. Ndak yoo, saat itu aku kasian liat burung emprit nya nya, lalu akhirnya kita kuburkan burung itu sama-sama. Setelah kejadian kita tak pernah main ketapel bareng lagi, acara main ketapel diganti dengan main bulutangkis.

Lanjut, ngomong in Tebu lagi, aku dlu juga sering makan tebu. Suatu hari, sepulang sekolah saat aku masih duduk di kelas 2 SD, mencari tebu di garasi persediaan kami. Saking pengennya makan tebu, dan karena naluri ke-cowok-an itu, aku akhirnya mengupas tebu sendiri. Pakai pisau?? Tidak tapi pakai Arit gede milik Budhe Kar, ibuknya Mas Nanang. Pakai arit besar biar lebih keren gitu (hehe karena pisaunya gak mempan). Tapi Naas, saat aku baru menupas satu dua kali tiba tiba arit meleset sediki daan, bress, kena salah satu jari tangan.ku. Berdarah?? Iyaaa. Banyak? Iyaaa. Bangeeet, sampai aku tak berani melihatnya. Aku hanya bisa merasakan aliran darah yang mengucur dengan deras di jari telunjuk itu seraya menjerit2, tujuannya agar tetanggaku mengetahui dan menolongku karena saat itu Bapak dan Ibuk sedang kerja.

Akhirnya, pertolingan datang, ada Mbah Pengging, Budhe Kar dan Mas Nanang, yang menolongku. Darah di tangan terus mengucur dengan deras, untuk menhentikan pendarahan dibalut pakai kain,  bahkan sampai kainnya basah. Mas Nanang saat itu juga segera lari tergopoh-gopoh membeli Handsaplast untukku. Hikss, bahkan sampai sekarang luka kecil bekas kenakalan itu masih terlihat dengan jelas di telunjuk jari kiri.ku. Luka bersejarah, hehe.

#Itu sebagian kenangan anak tahun 90'an,,
Tyass yang gesit, yang energik, suka petualangan, yang pernah cedera di siku kanan sampai bonyok, karena menjadi keeper sepakbola, jagain gawangnya Mas Nanang tentu..

Jadi, bulan depan akan-kah aku bermain-main dengan Gleges lagi?? disana?? :))  #Emmm..

To be Continued.

0 komentar:

Posting Komentar