LAPORAN
KEGIATAN MAGANG MAHASISWA
PEMBENIHAN VEGETATIF KRISAN (Dendrathema grandiflora Tzelev)
DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
Tyas Utami Ningsih
M0410063
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayatNya
penulis dapat menyelesaikan laporan Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM)
berjudul “Pembiakan Vegetatif Krisan (Dendrathema grandiflora Tzelev)
di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta” dengan lancar sesuai waktu
yang telah ditentukan.
Laporan
ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Kegiatan Magang
Mahasiswa (KMM). Penyusunan laporan ini berdasarkan kegiatan magang yang
dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Yogyakarta serta dari berbagai sumber pustaka.
Dalam
penyusunan laporan ini penulis menemui beberapa kendala, namun dengan dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak, laporan ini dapat diselesaikan dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan laporan ini.
Surakarta, Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN
PENGESAHAN...................................................................ii
KATA
PENGANTAR...............................................................................iii
DAFTAR
ISI ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang......................................................................... 1
B.
Perumusan Masalah.................................................................. 3
C.
Tujuan
KMM/Magang.............................................................. 4
D.
Manfaat
KMM/Magang........................................................... 4
BAB II PROFIL INSTITUSI MITRA
A.Letak Geografis Institusi............................................................. 5
B. Sejarah
Pendirian........................................................................ 5
C. Visi dan
Misi............................................................................... 8
D. Tugas Pokok dan
Fungsi............................................................. 8
E. Struktur
Organisasi...................................................................... 9
F. Sarana dan Prasaran.................................................................... 10
G. Ekologi Lokasi
Magang............................................................. 11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A.Klasifikasi
Krisan....................................................................... 15
B. Morfologi
Krisan.........................................................................15
C. Manfaat Tanaman
Krisan………………………………………16
D. Syarat Tumbuh
Krisan................................................................17
E. Tanaman Induk Produksi
Stek.................................................... 18
F. Produksi Benih
Krisan..................................................................21
BAB IV METODOLOGI
A.
Waktu dan Tempat
Kegiatan.................................................... 24
B.
Metode Kerja Praktik
Lapangan.............................................. 24
C.
Metode Pelaksanaan................................................................. 24
D.
Cara Pengambilan
Data............................................................ 25
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tanaman Induk
Krisan............................................................... 26
B. Persiapan Tanaman
Induk…...................................................... 27
C. Pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman....................... 37
D. Penyetekan
Pucuk....................................................................... 35
BAB VI PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................ 43
B.
Saran ......................................................................................... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
|
Lahan Penanaman Induk Krisan………………………………
|
29
|
Gambar 2
|
Persiapan Media MenggunakanTray…………………………
|
35
|
Gambar 3
|
Stek Hasil Pemotesan………………………………...
|
37
|
Gambar 4
|
ZPT yang digunakan untuk Menginduksi Pengakaran……....
|
37
|
Gambar 5
|
Penamanam Stek
Persemaian Benih Krisan ………….
|
38
|
Gambar 6
|
Insektisida yang
digunakan dalam Perbenihan………
|
39
|
Gambar 7
|
Sample Benih yang
Terlah Berakar ………………….
|
41
|
Gambar 8
|
Packing benih Krisan …………………………………
|
42
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Krisan merupakan salah satu tanaman hias yang populer.Masyarakat
sering menyebutnya denga bunga aster atau seruni.Tanaman krisan biasa digunakan
sebagai bahan dekorasi ruangan, jambangan (vas) bunga, dan rangkaian bunga.
Tanaman krisan dalam pot dapat digunakan untuk menghias meja kantor, ruangan
hotel, restaurant dan rumah tempat tinggal. Selain digunakan sebagai tanaman
hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tumbuhan obat
tradisio.Menurut Direktorat Pembenihan dan Sarana Produksi (2008), salah satu
keunggulan dari bunga krisan adalah memiliki vase life yang
lebih lama dan mempunyai kemampuan untuk berbunga serentak sehingga dapat
dipanen secara serentak pada waktu yang diinginkan. nal dan penghasil racun
serangga (hama). (Widiastuti, 1999).
Tingginya permintaan tanaman hias untuk menjadikan usaha di bidang
pengadaan tanaman hias sangat menjanjikan keuntungan yang besar.Salah satu
tanaman hias yang populer adalah krisan. Krisan merupakan salah satu bunga
potong dengan nilai ekonomi yang tinggi dan saat ini merupakan komoditas
andalan dalam industry florikultura di Indonesia..Tahun 2010 produktivitas
tanaman ini sudah mencapai 185.232.970 tangkai, dengan permintaan pasar, baik
lokal maupun internasional yang terus meningkat (Soedarjo, 2012). Beberapa
daerah sentra produksi tanaman hias krisan diantaranya adalah Cipanas
(Cianjur), Sukabumi, Lembang (Bandung), Bandungan (Jawa Tengah), Malang (Jawa
Timur) dan Brastagi (Sumatera Utara) (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura, 2006). Lokasi pengembangan krisan di Indonesia ada di beberapa
propinsi antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulaweasi Selatan,
dan Sulawesi Utara (Direktorat Pembenihan dan Sarana Produksi, 2008).
Usaha produksi krisan di
Indonesia dihadapkan pada beberapa kendala, diantaranya adalah ketergantungan
pada benih dari luar negeri seperti Belanda, Jerman, Amerika Serikat, dan
Jepang yang harganya mahal. Selain itu, bila tanaman akan diperbanyak perlu
membayar royalti 10% dari harga jual tiap tangkainya. Kondisi tersebut
menyebabkan harga jual benih tinggi dan menurunkan keuntungan petani atau
pengusaha tanaman krisan.Selain itu, harga jual yang tinggi juga dipicu karena
terjadinya degenerasi benih, yaitu penurunan mutu benih sejalan dengan
bertambahnya umur tanaman induk dan rendahnya mutu benih yang dihasilkan.Hal
ini karena tanaman krisan diperbanyak dengan setek pucuk maupun anakan (Rukmana
dan Mulyana, 1997).
Produk krisan yang bermutu dan berkualitas dapat dihasilkan
melalui penerapan prinsip budidaya yang baik dan benar.Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta telah
merintis kegiatan pengkajian di bidang budidaya tanaman hias krisan sejak tahun
2005 yakni Pengkajian Adaptasi Tanaman Hias Bunga Potong di Daerah Istimewa
Yogyakarta.Dari tahun ke tahun jumlah petani dan luas penanaman krisan semakin
bertambah.Pengkajian oleh BPTP Yogyakarta terus dikembangkan.Observasi terus
dilakukan untuk melihat keberhasilan pembenihan berbagai varietas krisan.
BPTPYogyakarta juga menjalin kerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Hias
(Balithi) yang berlokasi di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.
Kualitas dan mutu bunga adalah faktor yang sangat mempengaruhi
harga jual bunga krisan.Peningkatan produksi bunga krisan juga harus disertai
dengan perbaikan teknologi budidaya untuk meningkatkan kualitas produksi dan
harga jual produk.Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (2006)
perbaikan teknik budidaya dilakukan dengan
menerapkan teknologi budidaya anjuran spesifik lokasi dan komponen-komponen
lain secara terpadu.Salah satu contoh adalah dengan membudidayakan krisan di
dalam greenhouse karena krisan merupakan tanaman yang berasal
dari daerah subtropis sehingga budidaya krisan di Indonesia membutuhkan
modifikasi lingkungan tumbuh.
Untuk menghindari atau
mengurangi degenerasi benih, produsen dituntut agar memperbarui tanaman induk
secara periodik bila gejala degenerasi mulai tampak. Oleh karena itu,
pengembangan varietas yang telah dihasilkan oleh pemulia
tanaman dan penerapan teknik perbanyakan yang tepat diharapkan dapat
mengatasi masalah tersebut. (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Dengan demikian kualitas benih dapat mempengaruhi produksi tanaman
krisan. Oleh karena itu dalam proses pembenihan tanaman krisan harus dilakukan
sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) agar
memperoleh benih dengan kualitas yang baik, sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi tanaman krisan yang maksimal.
B. Perumusan
Masalah
Perumusan masalah dari pelaksanaan praktik kerja lapang ini yaituBagaimana Standart
Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan pembenihan vegetatif
krisan yang diterapkan Balai Penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian di
Yogyakarta?
C. Tujuan
Kegiatan Magang Mahasiswa/ KMM
Tujuan dari
pelaksanaan praktik kerja lapang ini yaitu untuk mengetahui Standart
Operasional Prosedur(SOP) pengelolaan pembenihanvegetatif krisan
yang diterapkan oleh Balai Penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian di
Yogyakarta.
D. Manfaat Kegiatan
Magang Mahasiswa/ KMM
Manfaat praktik kerja
lapang yang akan dilakukan, diharapkan:
1. Mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan pembenihanvegetatif
tanaman krisan yang baik dan benar.
2. Mendapatkan
informasi tentang Standart
Operasional Prosedur(SOP) pengelolaan pembenihanvegetatif tanaman
krisan yang diterapkan oleh Balai Penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian di
Yogyakarta.
BAB II
PROFIL INSTITUSI MITRA
A. Letak
Geografis BPTP Yogyakarta
BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Yogyakarta beralamat
di Jl. Stadion Maguwoharjo, No. 28, Demangan Baru.Terletak di dusun Karangsari,
Kelurahan Wedomartani, kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jarak antara kantor BPTP dengan Ibukota Propinsi sekitar
6-7 km. BPTP Yogyakarta berbatasan langsung dengan :
1. Sebelah
Timur :
Rumah penduduk dan tegalan
2. Sebelah
Selatan : Lahan
tegalan
3. Sebelah
Barat :
Rumah penduduk
4. Sebelah
Utara :
Jalan Karangsari
BPTP Yogyakarta terletak pada ketinggian 115 m dpl dan suhunya
mencapai 28ºC. Tekstur tanaha di BPTP Yogyakarta adalah jenis tanah pasir yang
mengandung abu vulkanik karena terletak dekat dengan lereng Gunung Merapi.
Tanaman yang dibudidayakan di daerah tersebut beranekaragam seperti padi,
palawija, sayuran dan tanaman hortikultura lain.
B. Sejarah
Perkembangan BPTP Yogyakarta
BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Yogaykarta adalah Unit
Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian, Departemen
Pertanian, yang dibentuk berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
350/Kpts/OT.210/6/2001 yang telah direvisi dengan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 633/Kpts/OT.21O/12/2003terdiri dari satu pejabat eselon IIIa
yaitu Kepala Balai dan dua pejabat eselon Iva yaitu Kepala sub bagian Tata
Usaha dan Kepala Seksi Pelayanan Teknis serta Pejabat Fungsionak
(Peneliti/Penyuluh/fungsional lainnya).
Sebelum SK Menteri Pertanian No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, BPTP
Yogyakarta semula bernama Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian (IPPTP) Yogyakarta, yaitu sejak 13 Desember 1994- 13 Juni
2001.Perubahan status dari IPPTP menjadi BPTP Yogyakarta merupakan realisasi
program pemerintah dalam menyediakan institusi pengahsilan teknologi disetiap
provinsi di seluruh Indonesia.Tujuan utama pembentukan BPTP Yogyakarta adalah
untuk menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi dan memperpendek rantai
informasi serta mempercepat dan memperlancar diseminasi hasil pertanian (alih
teknologi) kepada para petani, dan pengguna teknologi lainnya di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
BPTP Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang
pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian yang dihasilkan oleh berbagai
lembaga penelitian, dari dalam maupun luar negeri.Teknologi pertanian yang
dikaji dan diseminasikan oleh BPTP Yogyakarta dapat berasal dari karya
pemikiran sendiri, BPTP lain, atau dari hasil improvisasi teknologi daerha atau
local (indigenous).
Perkembangan sampai saat ini, BPTP Yogyakarta menempati 3 tempat
kantor yang terdiri dari :
1. Kantor
utama berlokasi di Karangsari meliputi Administrasi, Kepegawaian, Rumah Tangga,
Umum, Kelompok Pengkajian Budidaya, Sosial Ekonomi, Pasca Panen dan Sumberdaya
menepati kantor tersebut.
2. Labolatorium
Tanah dan Pasca Panen Pertanian berlokasi di Karangsari sebelah barat.
3. Mess BPTP
Yogyakarta, berlokasi di Jl. Rajawali No. 28 Demangan Baru, Yogyakarta.
C. Visi dan
Misi BPTP Yogyakarta
a. Visi
Menjadi institusi penghasil teknologi pertanian spesifik lokasi
menuju pertanian industrial unggul berkelanjutan berstandar internasional unutk
meningkatakan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan
masyarakat pertanian.
b. Misi
1. Menghasilkan
dan menggembangkan inovasi-inovasi pertanian spesifik lokasi yang diperlukan
dan dimanfaatkan oleh petani, stakeholder, dna sesuai permintaan pasara guna
mendukung pengembangan sector pertanian wilayah.
2. Meningkatakan
percepatan diseminasi teknologi
pertanian inovatif dan spesifik lokasi.
3. Meningkatkan jaringan kerjasama dengan lembaga
penelitian pertanian internasional, nasional, maupun pihak swasta.
4. Mengembangkan kapasitas kelembagaan BPTP dalam
rangka meningkatkan pelayanan prima.
D. Tugas
Pokok dan Fungsi
a. Tugas Pokok
Berdasarkan peraturan
Menteri Pertanian, BPTP mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penelitian
komoditas, pengkajian perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik
lokasi untuk wilayah Propinsi DI.Yogyakarta.
b. Fungsi
BPTP Yogyakarta dalam
melaksanakan tugas-tugas fungsionalnya, menyelenggarakan fungsi :
1. Inventarisasi
dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanaian tepat guna spesifik lokasi.
2. Penelitian,
pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
3. Pengembangan
teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan.
4. Penyiapan
kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil
pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
5. Pemberian
pelayanan teknis kegiatan pengkajian, perakitan, penelitian, dan pengembangan teknologi
pertanian guna spesifik lokasi.
6. Pelaksanaan
urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.
E. Struktur
Organisasi
a. Organisai
Struktural
Jabatan Struktural terdiri dari Kepala Balai, yang bertugas
memimpin pelaksanaan kegiatan Balai dengan memberdayakan secara optimal seluruh
sumberdaya manusia yang ada unutk mencapai visi misi dan dalam menjalankan
mandate Balai Sub. Bagian Tata Usaha yang bertugas mengelola berbagai kegiatan
yang berkaitan dnegan urusan kepegawaian, keuangan, surat-menyurat, kearsipan,
perlengkapan, dan pengembangan teknologi pertanian Seksi Kerjasama dan
Pelayanan Pengkajian yang mempunyai tugas melakukan pengelolaan yang berkaitan
dnegan pelayanan informasi, kerjasama dan pelayanan sarana penelitian.
b. Jabatan
Fungsional
Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional
peneliti, penyuluh, dan jabatan fungsional lain yang terbagi dalam kelompok
jabatan fungsional sesuai dnegna bidang keahlian yang ditetapkan oleh Kepala
Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Kelompok jabatan fungsional ini
bertugas melakuakan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional di BPTP
Yogyakarta yang terbagi dalam kelompok pengkaji (Kelji).Masing-masing
dikoordinir oelh seorang tenaga fungsional sebagai ketua Kelji.Keempat Kelji
tersebut adalah Kelji Sumberdaya, Kelji Budidaya, Kelji Pasca Panen dan
Alsinstan, dan Kelji Sosial Ekonomi Pertanaian.
F. Sarana
dan Prasarana Penelitian
Sarana dan prasarana penelitian yang dimiliki BPTP Yogyakarta
meliputi gedung perkantoran, pertemuan, perpustakaan, labolatorium tanaman.
Labolatorium ternak, labolatorium pasca panen dan alianstan, alat
transportasi/kendaraan, peralatan kantor dan multimedia untuk mendukung
operasional Balai. Disamping itu juga memiliki sejumlah bangunan rumah dinas
untuk sebagian karyawan dan guesthouse/mess. Labolatorium berfungsi dengan
baik.Selama ini pemanfaatan labolatorium selain untuk menunjang kagiatan staf
lingkup BPTP Yogyakarta juga dimanfaatkan oleh pihak luar (mahasiswa dan
instansi pemerintah maupun swasta).
Perpustakaan dengan koleksi yang cukup memadai, baik yang berupa
buku ilmiah sebanyak 566 buah, prosiding sebanyak 109 buah, majalah dan jurnal
ilmiah sejumlah 394 buah, brosur sejumlah 86 buah, liptan sejumlah 70 buah
telah banyak bermanfaat dalam pustaka pelayanan informasi IPTEK bagi pengguan
yang bukan hanya karyawan lingkup BPTP Y ogyaakarta tetapi juga petani,
masyarakat umum, mahasiswa, petugas dari berbagai instansi pemerintah maupun
swasta. Perpustakaan BPTP Yogyakarta adalah salah satu unit kegiatan yang
ditujukan unutk memenuhi kebutuhan para pengguna jasa informasi teknologi
pertanian.Unit ini sangat diperlukan oleh berbagai kalangan pengguna yaitu
peneliti, petani, masyarakat umum, dsn mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi.Sistem layanan perpustakaan BPTP Yogyakarta bersifat terbuka baik untuk
pengguna intern maupun ekstern.
G. Ekologi Lokasi Magang
a. Letak,
Batas, dan Luas
Lokasi magang berada di
wilayah Dusun jetisan, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Letak Kecamatan Pakem dari Ibukota Kabupaten Sleman
kurang lebih berjarak 11 kilometer kearah Timur Laut, sedangkan dari Ibukota
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berjarak 17 kilometer kearah Utara (Kantor
Kecamatan Pakem; 2002). Daerah penelitian secara administratif dibatasi oleh :
(a)
Utara :
Kawasan Kehutanan Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
(b)
Timur : Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman.
(c) Selatan :
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman.
(d)
Barat :
Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.
Luas Kecamatan Pakem seluruhnya 4.384,04 ha atau 43,8404 km2 yang terbagi atas 5 desa yaitu : Desa Purwobinangun, Desa Candibinangun, Desa Harjobinangun, Desa Pakembinangun, dan Desa Hargobinangun.
Daerah penelitian
terletak di Desa Hargobinangun yaitu di Kawasan Obyek Wisata Kaliurang.
Kemudian pada bagian ini akan dikemukakan mengenai keadaan umum Desa
Hargobinangun mengenai kondisi fisik maupun kondisi penduduk daerah
penelitian, agar diperoleh gambaran yang jelas daerah penelitian
Secara administrasi Desa
Hargobinangun merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pakem yang
letaknya paling utara yang banyak mempunyai potensi obyek wisata pegunungan.
Secara astronomis kawasan wisata Kaliurang yang terletak di Desa Hargobinagun
terletak antara 7° 35’ 20” LS sampai 7° 36’ 00” LS dan 110° 36’
BT sampai 110° 37’ BT.
Menurut orbitan atau
jarak dari pusat pemerintahan desa/keluruhan :
(a) Jarak
dari pusat pemerintahan kecamatan : 3
km
(b) Jarak
dari pusat ibukota
kabupaten :
14 km
(c) Jarak
dari pusat ibukota
propinsi :
21 km
(d) Jarak
dari pusat ibukota
negara :
565 km
b. Topografi
Daerah penelitian
termasuk di wilayah Pakem terletak pada ketinggian 600 meter sampai 1.325
meter. Kondisi topografi secara umum merupakan suatu pegunungan yaitu
pegunungan vulkanik atau gunung api. Kemiringan lereng dari arah Selatan ke
Utara menunjukan kenaikan secara gradual, dimana pada beberapa tempat terdapat
tekuk lereng sehingga perbedaan kelas lereng jelas kelihatan, dengan kemiringan
lereng berkisar antara 2% sampai 40%.
Berdasarkan ketinggian
tempat dan kemiringan lereng tersebut maka topografi Kecamatan Pakem terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Datar
sampai berombak, seluas 1.972,8000 hektar atau 45 persen dari seluruh luas Kecamatan Pakem, dengan kemiringan lereng 2% - 15% dan ketinggian tempat 600 m-
800 m diatas permukaan air laut. Daerah ini membujur dari arah Selatan hingga kebagian
tengah dari wilayah Kecamatan Pakem yang meliputi Desa Pakembinangun,
Harjobinangun dan Candibinangun.
2. Berombak
sampai berbukit, seluas 1.534,4000 hektar atau 35 persen dari seluruh luas wilayah Kecamatan Pakem, dengan kemiringan lereng antara 15% - 40% dan
ketinggian tempat antara > 800 m – 1000 m. Daerah ini terletak pada bagian
tengah hingga sebagian bagian Utara dari wilayah Kecamatan Pakem yang meliputi
desa: Hargobinangun, Candibinangun dan Purwobinangun.
3. Berbukit
sampai bergunung, seluas 828,8000 hektar atau 20 persen dari seluruh luas
Kecamatan Pakem yang meliputi desa: Hargobinangun dan Purwobinangun (Dinas
Pariwisata Kabupaten Sleman : 2002). Kenampakan topografi dari arah Timur
ke Barat yang kurang lebih sejajar garis kontur, tidak banyak menunjukan
perbedaan kecuali pada lembah-lembah sungai.Pada beberapa lembah sungai
terlihat sangat lebar dan dalam seperti pada lembah kuning.
Desa Hargobinangun,
Kecamatan Pakem berada di lereng Merapi Selatan dengan ketinggian 700 – 1325 m
di atas permukaan air laut. Daerah tersebut mempunyai topografi miring landai
ke selatan dan merupakan dataran tinggi.Kenampakan topografi yang indah ini
menarik wisatawan untuk menikmatinya ditambah dengan kesejukan udaranya.(
Pemerintahan desa hargobinangun. 2008).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Tanaman Krisan
Kedudukan tanaman krisan dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom :
Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Sub Kelas :
Asteridae
Ordo :
Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Dendrathema
Spesies : Dendrathema
grandiflora Tzelev (Larson,
1992).
B. Morfologi Tanaman Krisan
Krisan merupakan tanaman yang bersifat semak yang di habitat
aslinya dapat tumbuh mencapai tinggi 30–200 cm, memiliki batang yang tumbuh
tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus,
batang bunga ini akan menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan.
Penampilan visual sosok tanaman krisan mirip dengan aster.Ciri khasnya dapat
diamati pada bentuk daun, yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun
secara berselang-seling pada cabang atau batang (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Bunga pada krisan disebut florets yang
terdiri ray florets yang biasa disebut bunga pita dan disc
florets atau bunga tabung yang berada ditengah bunga (Nasional
Chryanthemum Society, 2003). Bunga krisan keluar dari ujung percabangan,
petalnya banyak tersusun menurut lingkaran, membentuk malai datar dengan dasar
bunga melebar, warna bunga bervariasi antara kuning, putih, merah dan oranye
(Rukmana dan Mulyana, 1997). Berdasarkan bentuk bunganya, krisan terdiri dari
delapan tipe (Krisantini, 2006) yaitu, singles/ daisy, spoon, anemones,
spider, pompons, dekoratif, large flowered, dan fleurette.
Berdasarkan cara budidayanya, krisan digolongkan menjadi tiga
yaitu, tipe standard, disbud dan spray (Kofranek, 1992).
C. Manfaat
Tanaman Krisan
Bunga krisan masih kerabat dekat dengan bunga Aster, Daisy, yang
merupakan famili Asteraceae.Keunggulan krisan terletak pada masa
tanamnya yang singkat dan harganya yang stabil, keaneka-ragaman warna dan
bentuk bunganya, juga karena sebagai bunga potong, krisan bisa tahan lebih dari
2 minggu di vas.Bunga krisan pot
bahkan bisa bertahan sampai hitungan bulan. Kegunaan tanaman krisan yang
utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat
tradisional dan penghasil racun serangga (Maaswinkel dan Suloyo, 2004). Tanaman
krisan sebagai bunga hias di Indonesia digunakan sebagai:
1. Bunga pot : ditandai dengan sosok tanaman
kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag
atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah
varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih
kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause
(kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda). Krisan introduksi
berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varietas krisan
pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage
(merah) dan Time (kuning).
2. Bunga potong : ditandai dengan sosok bunga berukuran
pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi
(kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat
digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain
Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen,
Cheetah, Klondike dll.
3. Manfaat Krisan bagi kesehatan : Krisan yang berwarna warna
putih atau kuning bisa dijadikan teh krisan ato Chrysanthemum
Tea. Khasiatnya untuk menyembuhkan influenza, jerawat dan mengobati panas
dalam dan sakit tenggorokan dan juga untuk obat demam, mata panas dan berair,
pusing serta untuk membersihkan liver (Maaswinkel dan Suloyo, 2004)
D. Syarat
Tumbuh Krisan
Krisan umumnya dibudidayakan dan tumbuh baik di dataran medium
sampai tinggi pada kisaran 650 hingga 1200 m dpl. Menurut International
Chrysanthemum Society (2002), tanaman krisan tumbuh baik di tanah
bertekstur liat berpasir, dengan kerapatan jenis 0.2-0.8 g/cm3 (berat kering),
total porositas 50-75%, kandungan air 50-70%, kandungan udara dalam pori
10-20%, kandungan garam terlarut 1-1.25 dS/m2 dan kisaran pH sekitar 5.5-6.5.
Kondisi ini dapat dicapai denganmemodifikasi media tumbuh dalam bedengan
(Rukmana dan Mulyana, 1997)..
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan
terpaan air hujan.Oleh karena itu untuk daerah untuk curah hujan tinggi
penanaman dilakukan di dalam green house.Suhu toleran untuk tanaman krisan
adalah 17-30ºC, untuk daerah tropis seperti di Indonesia cocok menggunakan
suhu 20-26ºC.Kelembaban yang dibutuhkan untuk tanaman krisan sangat tinggi
ketika pembentukan akar, pada stek kelembabannya 90%-95%.Kemudian tanaman muda
sampai tua kelembabannya 70%-80%, dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar
CO2 di udara sekitar 3000 ppm, sedangkan kadar CO2 yang ideal untuk
fotosintesis adalah 600-900 ppm.
Krisan membutuhkan pencahayaan yang lebih lama (short day plant)
dimana dapat menambah cahaya menggunakan bantuan TL dan lampu pijar. Penambahan
penyinaran yang paling baik ketika tengah malam yaitu jam 22.30-01.00 dengan
lampu 150 watt untuk 9 m2, dan lampu di pasang menggantung 1,5 m dari tanah.
Periode pemasangan lampu dilakukan pada vegetativ (2-8 minggu) untuk merangsang
pembentukkan bunga (Lukito, 1998).Untuk pertumbuhan tanaman yang optimum
dibutuhkan media yang ideal, di mana tekstur media harus liat berpasir, subur,
gembur dan memiliki drainase yang baik, serta tidak mengandung hama dan
penyakit. Derajat keasaman media yang baik untuk petumbuhan tanaman adalah
5,5-6,7.
E. Tanaman Induk untuk Produksi Stek
Davies dan Potter (1981)
mengemukakan bahwa kualitas pertumbuhan tanaman krisan sangat dipengaruhi oleh
kualitas bahan tanamnya (kualitas stek). Selanjutnya kualitas stek sangat
dipengaruhi oleh performa dan sejarah pertumbuhan tanaman induk dimana stek
tersebut berasal. Stek berkualitas rendah dapat disebabkan oleh kesalahan
penanganan stek setelah panen, proses pengakaran stek atau bahkan kualitas
tanaman induk tanaman sumber stek tersebut sudah tidak memadai ( Klapwijk,
1987).
Tanaman induk adalah
tanaman yang dipelihara khusus untuk produksi stek. Bahan tanam untuk
tanaman induk dapat berupa stek berakar hasil perbanyakan konvensional atau
tanaman yang sudah diaklimatisasi hasil perbanyakan kultur jaringan.
Berdasarkan fungsinya sebagai penghasil stek, maka tanaman induk dipelihara
selalu dalam keadaan vegetatif aktif dengan penyinaran tambahan hingga tanaman
tidak produktif.(Maaswinkel dan Sulyo, 2004).Budidaya tanaman induk dilakukan
dalam rumah lindung yang terpisah dengan pertanaman untuk produksi
bunga.Pertanaman induk dapat menggunakan mulsa plastik untuk mengurangi
pertumbuhan gulma yang cepat. Mulsa ini juga berfungsi untuk menjaga kestabilan
sifat fisik dan kimia tanah pada lahan bedengan selama proses pertanaman.
Stek yang dihasilkan
harus berasal dari tunas samping (tunas aksiler) yang tumbuh dari ketiak daun.
Tunas aksiler yang tumbuh dari ketiak daun terstimulasi setelah pertumbuhan
apikal pada cabang yang sama terhenti (dipanen atau di-pinching).
Maswinkel dan Sulyo (2004) mengemukakan bahwa pemeliharaan tanaman induk perlu
mendapat perhatian yang serius, sehubungan dengan kualitas stek yang akan
dihasilkan. Keragaan tanaman induk akan mempengaruhi mutu stek yang dihasilkan
dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap tanaman yang hendak ditanam.
Tunas aksiler yang
tumbuh pada ketiak daun setelah apikal dipotong, dimungkinkan berjumlah lebih
dari satu dengan waktu yang tidak bersamaan (Ahmad dan Marshall, 1997) dan
tidak seragam (Chockshull, 1982), sehingga tunas aksiler yang akan dipanen
sebagai bahan stek selanjutnya kemungkinan tidak seragam. Menurut Maaswinkel
dan Sulyo (2004), tunas aksiler yang dipanen untuk bahan stek hendaknya tunas
yang telah memiliki kriteria 5 – 7 daun sempurna. Bila pada saat panen,
dijumpaitunas aksiler muda atau yang belum memiliki kriteria tersebut diatas,
maka tunas aksiler ini dibiarkan hingga pada saatnya dapat dipanen (panen stek
berikutnya).
F. Produksi
Benih Krisan
1. Penyetekan
Dilakukan pada tanamana muda yang telah memiliki 7 helai daun (15
hst), penyetekan dengan menggunakan pisau atau gunting stek yang tajam dan
steril. Tunas dipotong dengan kriteria 4-5 daun sempurna dan mneyisakan 2-3
daun pada batang/ranting bekas setekan (2-3 ruas). Pisau atau gunting stek
setiap melakukan pemotongan sebaiknya dicelupkan ke dalam alcohol
70%.Tunas-tunas stek segera ditempatkan di tempat yang sejuk dan lembab. Selang
waktu panen stek sekitar 2-3 minggu sekali bila tunas akselir yang tumbuh telah
memiliki 5-7 daun(Rukmana dan Mulyana, 1997).
2. Penangkaran Stek
Sarana dan prasarana ruang penangkaran dilakukan dalam ruang
khusus, ruang berupa umah plastic, beraerasi baik dan tidak terkena percikan
hujan, intensitas cahaya dalam ruangnangkar 40%, bisa juga disiapkan tempat
atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm,
panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak
dilubangi untuk drainase yang berlebihan dan agar pertumbuhan akar tanaman bisa
maksimal. Medium semai bisa berupa arang sekam atau bisa juga pasir
steril yang dihamparkan diatas bak hingga cukup penuh dengan ketebalan kurang
lebih 15cm.
Proses penangkaran dan pemeliharaan stek, yaitu stek hasil panen
dirompes hingga tersisa 3-4 daun sempurna, ujung pangkalbatang stek dipotong
sedikit dan ujung pangkal batang kemudian dicelupkan padapasta ZPT (Rootone F
atau Rizootone), stek ditanam pada media penangkarandengan kedalaman 1-1,5 cm
dengan jarak penanaman 2x2 cm kemudian ditutupdengan kertas merang atau Koran
selama 48 jam. Media penangkaran diusahakan tetap basah, dilakukan penyiraman
2-3 hari sekali hingga stek siap tanam.Pengendalian HPT dilakukan 2 kali per
minggu menggunakan fungisida daninsektisida.Penangkaran berlangsung kurang
lebih 14-21 hari (Rukmana dan Mulyana, 1997).
3. Pemeliharaan
Pembenihan/Penyemaian
Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3
kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan
pestisida apabila tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian
pada sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke
lapangan. Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik,
setelah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan
terbuka (Rukmana dan Mulyana, 1997).
4. Sortasi Stek
Setelah ditangkarkan selama 14-21 hari, stek-stek kemudian
disortasi kelayakannya sebelum ditanam atau dikirim ke tempat lain. Sortasi
dilakukan agar perakaran lebat dan sehat, tidak ada gejala terinduksi
pembungaan awal (pentulan), tidak ada gejala klorosis, tidak kerdil dan
berbatang kuat, tidak terdapat serangan hama dan penyakit (Rukmana dan Mulyana,
1997).
5. Pemindahan Benih
Benih stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14
hari setelah semai dan benih dari kultur jaringan benih siap pindah yang sudah
berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm (Rukmana dan Mulyana, 1997).
BAB IV
METODOLOGI
A. Tempat
dan Waktu
Praktik kerja lapang dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada
bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013, bertempat di UPBS Krisan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta yang beralamat di Dusun Jetisan,
Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.
B. Materi
Kerja Praktik Lapangan
Materi yang dikaji dalam Praktek Kerja Lapang ini yaitu :
1. Kegiatan
pembenihan vegetatif tanaman krisan
2. Sistem
Manajemen di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
C. Metode
Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada Praktik Kerja Lapang kali ini yaitu :
1. Berpartisipasi
Aktif dalam kegiatan pembiakan vegetatif tanaman krisan di UPBS Krisan Jetisan,
Hargobinangun, Pakem, Sleman Yogyakarta.
2. Wawancara,
mengajukan pertnyaan kepada para staf dan pekerja di UPBS Krisan setempat yang
manangani pembenihan tanaman krisan
D. Cara
Pangambilan Data
1. Data
Primer diperoleh dari hasil survey, pengamatan, dan praktik langsung serta
wawancara dengan para pekerja di UPBS Krisan, Jetisan mengenai teknik
pembenihan vegetatif tenaman krisan.
2. Data
sekunder
Data sekunder diperoleh dari
a. Data
informasi yang ada di BPTP Yogyakarta
b. Catatan,
buku, dokumen, dan pustaka lain yang berhubungan dengan teknik pembenihan
vegetatif tanaman krisan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tanaman
Induk Krisan
Tanaman induk adalah
tanaman yang dipelihara khusus untuk produksi stek. Bahan tanam untuk
tanaman induk dapat berupa stek berakar hasil perbanyakan konvensional atau
tanaman yang sudah diaklimatisasi hasil perbanyakan kultur jaringan.
Berdasarkan fungsinya sebagai penghasil stek, maka tanaman induk dipelihara
selalu dalam keadaan vegetatif aktif dengan penyinaran tambahan hingga tanaman
tidak produktif. (Maaswinkel dan Sulyo, 2004)
Penyetekan merupakan proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan
bagian vegetatif tanaman yang jika ditempatkan pada kondisi optimum akan
berkembang menjadi satu tanaman lengkap. Stek pucuk diambil dari tanaman induk
yang secara khusus dibudidayakan untuk produksi stek.Sebagai salah satu alternative dalam usaha
pengadaan benih krisan secara konvensinal melalui perbanyak vegetatif dengan
cara memisahkan anakan atau dengan sistem stek pucuk (cutting system).
Dengan sistem ini benih yang di hasikan genotifnya telah di ketahui dan dapat
di buat pada waktu yang singkat.Indukan di peroleh dari tanaman krisan yang
sehat (Kofranek, 1992).
Tanaman induk krisan selalu dipelihara dalam fase juvenil agar
stek pucuk yang dihasilkan memiliki potensi pertumbuhan vegetatif yang
maksimum.Potensi pertumbuhan ini ditentukan oleh respons genotip tanaman
terhadap kondisi lingkungan.Di kondisi lahan terbuka, faktor-faktor lingkungan
ini dapat berada pada taraf suboptimal (Mortensen, 2000) dan secara simultan
dapat memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan penampilan tanaman
induk yang pada akhirnya mempengaruhi produksi dan kualitas stek yang
dihasilkan. Penurunan kualitas stek sebagai bahan tanam selanjutnya akan
mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman dan bunga yang dihasilkan pada masa
produksi berbunga (Moe, 1998).
B. Persiapan Tanaman Induk
a. Lokasi
dan Lahan Lindung
Pemilihan lokasi disesuaikan dengan persyaratan kesesuain tanah
dan iklim mikro.Jenis tanah yang untuk mendukung pertumbuhan tanaman induk
krisan yaitu tanah yang bertekstur liat, berpasir subur, drainase nya baik,
minim dari organism pengganggu tanaman (OPT), dengan PH tanah sekitasr 5.5-6.5.Kemiringan
lahan atau elevasi kurang dari 10%, dengan suhu optimal berkisar 15-28ºC,
kelembaban nya udara 60-85%.Selain itu lokasi pembenihan krisan juga bebas dari
cemaran bahan kimia berbahaya.
Lahan lidung adalah bangunan dengan persyaratan fisik tertentu
yang mempunyai fungsi menjaga pertumbuhan tanaman secara optimal serta
melindungi tanaman dari curah hujan dan sinar matahari langsung yang tidak
menguntungkan bagi pertanaman krisan (Martini, 2009). Di UPBS Krisan Jetisan,
Rumah lindung dibuat dengan luasan tanah, arah angin, bebas dari naungan,
sirkulasi udara cukup, jaringan listrik terjanglkau, dengan irigasi tersedia,
dan dilengkapi sarana drainase untuk mebuang air yang berlimpah sehingga tidak
mengenai bendengan tanaman induk krisan.
b. Sarana
Irigasi
Saran irigasi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan tanaman,
stabilitas suhu serta kelembaban media dan lingkungan tanam.Saran irigasi ini
dibuat dengan tujuan untuk mendistribusikan air dari bak penampung ke rumah
lindung dan memenuhi kebutuhan air tanaman secara efektif dan efisien
(Martini, 2009).Saran irigasi meliputi bak penampungan, jaringan distribusi air
premier, sekunder yang masuk ke setiap bedengan dan saluran pemberian air.
c. Instalasi
Pencahayaan
Pemasangan instalasi pencahayaan dalam rumah lindung berfungsi
untuk memfasilitasi penambahan cahaya pada tanaman induk dan benih
krisan.Sarana pencahayaan tambahan diberikan sesuai kebutuhan yang diperlukan
dalam memelihara tanaman induk dan memproduksi stek krisan (Martini, 2009).
Sumber listrik yang digunakan di UPBS Krisan Jetisan berupa daya
listrik yang dilengkapi dengan lampu TL 18Watt, dan ada timer sebagai pengatur
lamanya waktu pencahayaan. Penambahan cahaya lampu dilakukan dengan cara terus
menerus selama 4 jam untuk merangsang pertumbuhan dalam vase vegetatif.
Intensitas cahaya dari lampu TL mencapai 75 Lux. Jaringan penyinaran
lampu dilakukan di rumah lindung dan rumah pengakaran stek
pucuk. Pemasangan jaringan listrik sesuai dengan tata letak yang
telah ditetapkan yaitu tinggi 2 m dari permukaan tanah dan jarak antar lampu 2
m.
d. Penyiapan
Lahan untuk tanaman induk Krisan
Jenis tanah/media untuk penanaman indukan krisan adalah
tanah yang bertekstur liat berpasir, subur, berdrainase baik, denganh
pH sekitar 5.5-6.5. Pembuatan media tumbuh sebagai tempat penanaman
tanaman induk krisan.Penyiapan lahan untuk tanaman induk meliputi pembersihan
gulma dari sisa-sisa tanaman sebelumnya.Sebelum ditanaman pada lahan, dilakukan
pengolahan tanah, minimal 2x, sedalam 30 cm untuk perbaikan aerasi tanah.Pada
saat pengolahan tanah dilakukan penambahan dolomite atau pupuk organik.Setelah
diolah, tanah dibiarkan mengering bertujuan agar senyawa-senyawa toksik
menguap.
Gambar. 1. a. Lahan Penanaman Induk Krisan.
b. Lahan yang telah
ditanami benih
a. Perlakuan
Tanah dan Penanaman Tanaman
Perlakuan tanah yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki
sifat biologi dan kimia tanah, dan memutus siklus hidup organism pengganggu
tanaman (Martini, 2009).Pada kegiatan ini, bahan yang digunakan yaitu stek
pucuk berakar sebagai benih sumber dan Fumigan untuk sterilisasi tanah atau
membersihkan organism pengganggu dari sisa tanaman krisan yang telah dipanen
(Dirjen Hortikultura, 2012). Stek pucuk berakar ditanam pada kedalaman 1,5-2 cm
dengan jarak tanamn 15 x 15 cm dengan popualsi 36stek per m2. Umur produktif
tanaman selama 30 minggu sejak tanaman stek.
b. Pemberian
Cahaya Tambahan dan Pengairan
Pencahayaan tambahan ini bertujuan untuk mempertahankan vase
vegetatif tanaman (Martini, 2009).Tanaman krisan merupakan tanaman hari pendek
yang mempunyai batas kritis panjang hari sekitar 13,5-16 jam. Krisan akan tetap
dalam fase vegetatif apabila panjang hari yang diterimanya lebih dari batas
kritisnya, tetapi akan terinduksi ke fase generative jika panjang hari yang
diterimanya kurang dari batas kritis. Maka tanaman krisan membutuhkan cahaya
tambahan pada malam hari untuk mempertahankan pertumbuhannya agar tetap pada
fase vegetatif (Ermawati, 2012).Pencahayaan yang dilakukan di UPBS Krisan
dilakukan selama 4 jam setiap malam selama terus menerus. Pemberian cahaya
tambahan dilakukan mulai pada hari penanaman hingga selesai masa produksi
tanaman induk.
Pengairan dialakukan untuk memberi air sesuai kebutuhan
tanaman.Jumlah dan frekuensi pemberian air sesuai kebutuhan tanaman, yaitu dua
kali sehari pada minggu pertama setelah tanaman dan selanjutnya sesuai dengan
kondisi tanah (Martini, 2009).
e. Pemupukan
Tanaman Induk
Pupuk sebagai sumber hara bagi pertumbuhan dan produksi tanaman
induk, Pupuk organik berfungsi unutk memperbaiki struktur dan hara tanah, yang
digunakan yaitu urine kelinci.Pupuk anorganik berfungsi untuk kertersediaan
uusur hara dalam tanah.Pengaplikasian pupuk ini menggunakan pompa air.Pupuk NPK
Mutiara diberikan setiap 2 minggu sekali, sementara pupuk daun diberikan setiap
satu minggu sekali (Martini, 2009).
Pengaruh dosis pupuk NPK secara nyata mempengaruhi rataan
pertumbuhan tanaman.Unsur N berperan sebagai pembangun asam-asam nukleat,
protein, bioenzim dan klorofil.Unsur P sebagai pembangun asam nukleat,
fosfolipid, bioenzim protein, senyawa metabolik dan merupakan bagian dari ATP
yang penting dalam transfer energi.Unsur K berperan dalam mengatur keseimbangan
ion-ion dalam sel, berfungsi dalam pengaturan berbagai mekanisme metabolik
seperti fotosintesis, metabolisme karbohidrat dan translokasinya, sintesis
protein, berperan dalam respirasi protein sel dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap penyakit (Bidwell, 1979; Wuryaningsih, 1992).
C. Penyetekan Pucuk
Tahapan produksi benih melalui stek antara lain :
a. Penyiapan Media Semai
Gambar 2.Persiapan Media Menggunakan Tray
Secara umum media tanam yang banyak digunakan adalah berupa bahan
yang mempunyai kapasitas menahan air dan mempunyai aerasi serta drainase yang
baik (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2008). Menurut Badriah (2007) media yang
dapat digunakan untuk perakaran stek adalah arang sekam ( carbonized
rice hull ), sekam, pasir, cocopeat atau bahan lain dengan sifat
serupa yang sebelumnya telah disterilkan terlebih dahulu.
Sekam merupakan sumber bahan organik yang mudah didapat dan
berfungsisebagai bahan pembawa pupuk hayati.Sekam padi merupakan bahan organic
yang berasal dari limbah pertanian yang mengandung beberapa unsur penting
seperti protein kasar, hydrogen, oksigen, lemak, serat kasar, karbon, dan
silica (Balai Penelitian Pasca Panen Pertanian, 2001; Nurbaity, 2011).
Media tumbuh perakaran stek yang digunakan di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta adalah arang sekam ( carbonized rice
hull ). Media dimasukkan dalam tray-tray yang memiliki lubang
teratur, sehingga memudahkan dalam penanaman stek.Media perakaran stek dipilih
yang mempunyai sifat porous dan memiliki kapasitas menahan air yang besar untuk
mempertahankan kelembaban pada masa perakaran sehingga pertumbuhan akar stek
tidak terhambat.Ruang tempat perakaran stek dianjurkan terpisah dari rumah
lindung tanaman produksi bunga dan tanaman induk.Ruang produksi bunga
terlindung dari sinar matahari langsung serta dilengkapi sarana instalasi
listrik untuk penambahan cahaya dengan lampu di malam hari.Ruang perakaran dipasang paranet 60-75% pada bagian atasnya unutk
mengurangi intensitas cahaya matahari.
b. Panen
Stek Pucuk Krisan
Panen stek pucuk yatu
suatu kegiatan untuk memetik stek pucuk dari tanaman induk yang telah memenuhi
syarat mutu stek pucuk krisan.Bahan tanam atau benih yang digunakan adalah stek
yang diambil dari tunas samping sepanjang 5-8 cm atau sebanyak 3-4 ruas dan
memiliki 5-7 daun sempurna. Panen stek dilakukan setiap 3 minggu sekali dengan
memotong tunas apikal yang tumbuh. Tunas dipotong dengan tangan dan menyisakan
2-3 ruas daun. Pemotongan tunas pucuk di lakukan dengan menggunakan tangan.
Pada saat pemanenan stek diusahakan tidak merusak bekas potongan. Pemotongan
pucuk ini dapat menghambat terjadinya dominasi tunas apikal, dan memacu
pertumbuhan tunas lateral, sehingga semakin lama nantinya akan tumbuh tunas
lebih banyak lagi, dan didapat panen lebih banyak pula.
stek siap di potong/ pinching
Gambar 3. Stek Hasil
Pemotesan
Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) bertujuan menstimulasi kondisi
fisiologi tertentu pada tanaman untuk meningkatkan kualitas dan keragaan
tanaman yang diharapkan. Aplikasi ZPT ini akan membantu keragaan dan bentuk
tanaman menjadi lebih baik, batang lebih tebal, dan warna daun lebih gelap. ZPT
akan diserap melalui daun tanaman dalam durasi satu jam setelah aplikasi, dan
dalam 12 jam akan terserap sempurna. Daun yang lebih muda akan menyerap ZPT
lebih cepat dari daun yang lebih tua. Aplikasi ZPT sebaiknya tidak dilakukan
apabila kondisi panas dan terik (>25ºC) atau suhu rendah (<16ºC) (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2006).
Gambar4. ZPT untuk Menginduksi Pengakaran
Zat pengatur tumbuh Atonik merupakan salah satu zat pengatur
tumbuh yang beredar di pasaran. Zat pengaur tumbuh ini dapat meningkatkan
proses fotosintesis, meningkatkan sintesis protein dan juga meningkatkan daya serap
unsur hara dari dalam tanah. Atonik merupakan zat pengatur tumbuh yang
berbentuk cairan berwarna kecoklatan.Zat pengatur tumbuh Atonik diproduksi oleh
PT. Mastalin Mandiri, Jakarta. Atonik merupakan zat pengatur tumbuh sintetik
yang dibangun dari bahan aktif Natrium senyawa fenol, yaitu 0,2%
Na-Ortonitrofenol (C6H4NO3Na), 0,3%
Na-paranitrofenol (CP6H4NO3Na), 0,1% Na-5 nitroquaniakol
(C7H6N04Na) dan 0,05% Na-2,4 dinitrofenol (C6H3N2O5Na).
Ion Na+ berfungsi sebagai karier metabolit dalam proses
metabolisme, dan ion Na+ mampu menggantikan sebagian fungsi ion
K+ (Etty Sumiati, 1989). Senyawa fenol pada konsentrasi rendah
bersifat sebagai promotor pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Leopold dan
Kriedman, 1975).
Zat pengatur tumbuh Atonik mengandung bahan aktif triakontanol,
yang umumnya berfungsi mendorong pertumbuhan, dimana dengan pemberian zat
pengatur tumbuh terhadap tanaman dapat merangsang penyerapan hara oleh tanaman
. Selain itu Atonik berfungsi merangsang proses-proses biokimia dalam
tubuh tumbuhan (Kusumo, 1984 : Pubianti 2002).
c. Penanaman Persemaian
Gambar 5. Penamanam Stek
di Lahan Persemaian Benih Krisan
Penanaman benih
dilakukan pada media yang telah dipersiapkan sebelum penanaman.Sebelum ditanam
dilakukan pengelompokan stek pucuk berdasarkan varietas. Penanaman stek pucuk
dilakukan secara manual dengan jarak tanam 3x3 cm sedalam 1-2 cm.Cara penanaman
yang dilakukan yaitu benih dimasukan ke dalam media dengan jarak sesuai pada
trai (cetakan berisi media) kemudian disusul dengan penyiraman dengan air dan
insektisida, penyiraman disesuaikan agar kondisi tidak terlalu lembab.
d. Pemeliharaan Persemaian
Pemeliharaan dalam
persemaian penting dilakukan dengan penuh kehati – hatian, karena benih dalam
persemaian sangat riskan terhadap keadaan lingkungan.Pemeliharaan dalam
persemaian diantaranya pengontrolan benih dan penyiraman.Air
berguna untuk proses metabolisme tanaman krisan. Dalam tubuh tanaman, air
befungsi tidak hanya sebagai penjaga kestabilan suhu tanaman hingga
proses-proses kimia metabolisme dalam tubuh tanaman dapat berjalan, tetapi air
juga berfungsi sebagai salah satu unsur utama proses fotosintesis dan proses
sintesis senyawa-senyawa penting lainnya.
Gambar 6. Insektisida
yang digunakan dalam Perawatan Stek
Pemeliharaan dan penyiraman
Pemeliharaan benih stek pucuk meliputi penyiraman menggunakan air
yang dicampur insektisida dengan sprayer minimal 2 kali sehari , penyiraman
harus di lakukan hati-hati untuk mencegah kerusakan pada tanaman yang masih
kecil. Fungsida yang diberikan yaitu antracol.Antracol mampu mensuplai
kekurangan zinc pada tanaman. Zinc atau lebih
dikenal sebagai zat besi berperan aktif dalam pembentukan protein dan zat hijau
daun (chlorophyll). Bayer melalui Bayer Cropscience menciptakan
fungisida dengan kandungan zinc tertinggi (157 gr/kg) yang
diberi merek Antracol. Tanaman pun menjadi lebih hijau, subur, sehat, dan mampu
menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak. Manfaat lainnya adalah
mempercepat pemulihan masalah stagnasi dalam proses pindah tanam (Majalah Padi,
2008).
Pemberiaan air yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta menggunakan metode drip atau siraman yang dilaksanakan
setiap 2 hingga 3 kali seminggu tergantung kondisi tanaman dan lingkungan. Pada
pemeliharaan stek juga dilakukan penambahan penyinaran yaitu dengan menggunakan
lampu TL 18 Watt.
e. Pemanenan Benih
Setelah
penangkaran masa pengakaran selama 10-14 hari, stek-stek kemudian
disrotasi kelayakannya sebelum di tanam atau dikirim ketempat lain. Sortasi
dilakukan agar perakaran lebat dan sehat, tidak ada gejala terinduksi
pembungaan awal (pentulan) tidak ada gejala klorosis. Tidak kerdil dan
berbatang kuat, tidak terdapat serangan hama dan penyakit.Pemanenan dilakukan
secara manual dengan mencabut secara hati-hati bagian pangkal stek hingga
terangkat dengan utuh bagian perakarannya.
Gambar 7.Sample Benih
yang Terlah Berakar
f. Pengepakan (packing)
Benih yang sudah
diseleksi bisa langsung ditanam.Untuk pengirim jarak jauh, benihdimasukkan ke
dalam kantong plastikberukuran sekitar 15 x 15 cm yang telah diberi lubang
udara di tiap sisinya.Jumlah stek 50batang/pics, kemudian kantong plastik
tersebut dimasukkan ke dalam box.Benih yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam
kantong plastik yang telah dilubagi dan di dalamnya dilapisi koran, kemudian
kantong plastik tersebut dimasukkan ke dalam box/kardus. Untuk pengepakan jarak
jauh, box diberi skat dan es sehingga kesegaran stek tetap terjaga.Benih dalam
kondisi seperti ini bisa tahan 1-2 hari pengepakan pada suhu normal.
Gambar8.Packing Benih
D. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
1.Hama
a. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala: memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai.Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.Hama ini selain menyerang tanaman krisan, juga menyerang tanaman tomat, jagung, padi, tembakau, tebu, bawang kubis dan kentang. Larva serangga ini aktif pada malam hari dan menyerang tanaman dengan cara menggigit atau memotong ujung batang tanaman muda, sehingga mengakibatkan tunas apikal atau batang tanaman terkulai dan layu. Daya serang ulat ini relatif besar sehingga dapat menyebabkan kerugian yang signifikan (Cahyono, 1999).
b. Thrips (Thrips tabacci)
Gejala: pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.
Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama yaitu cabai, bawang merah, bawang daun dan jenis bawang lainnya, dan tomat. Tanaman inang lain yaitu tembakau, kopi,ubi jalar, labu siam, bayam, kentang, kapas, tanaman dari family crusiferae, crotalaria, kacang-kacangan, mawar dan sedap malam. Hama ini menyerang dengan cara mengisap cairan tanaman(daun muda/pucuk) dan tunas-tunas muda, sehingga sel- sel tanamam menjadi rusak dan mati. Gejala serangan paling banyak dijumpai pada permukaan bawah daun atau bunga.Daun yang terserang menyempit, tepi daun melipat ke dalam dan permukaan bawah daun berwarna putih keperak-perakan atau perunggu mengkilat. Gejala perubahan warna daun menjadi keperak-perakan awalnya tampak dekat tulang daun, lalu menjalar ke tulang daun hingga seluruh permukaan daun menjadi putih.
c. Tungau merah (Tetranycus sp)
Gejala: daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, dan bercak-bercak kuning sampai coklat. Pengendalian: memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.
Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabuabuan yang mengelilingi permukaan daun. Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
2. Penyakit
a. Karat/Rust
Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan Pchrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn.Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga.Pengendalian: menanam benih yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
White rust merupakan penyakit yang sangat berbahaya di musim hujan, penyakit ini disebabkan oleh salah satu jamur di mana sebarannya cukup cepat karena sporanya bisa terbawa oleh angin, air atau benda- benda lain yang menempel pada spora tersebut, perkembangan jamur ini sangat cepat bila kelembaban udara tinggi, oleh karena itu teknik penyiraman harus benar untuk mencegah penyebaran white rust (Cahyono, 1999)
Penyakit penting yang menyerang krisan adalah karat daun yang disebabkan oleh cendawan puccinia horiana.Pengendaliannya dengan menjaga kebersihan lingkungan.Daun-daun yang telah terinfeksi di rompes kemudian dibakar. Penyakit lain yaitu bercak daun septoria, embun tepung, busuk batang dan layu fusarium. Beberapa fungisida dapat digunakan bergantian setiap minggu, diantaranya zineb, score, dithane dan benlate (Anonim, 2009).
b. Tepung oidium
Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi.Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering.Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yang sakit dan penyemprotan fungisida.
c. Virus kerdil dan mozaik
Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus).Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat.Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang tercemar penyakit dan pekerja kebun.Virus mosaik menyebabkan daun belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris- garis.Pengendalian: menggunakan benih bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakan alat-alat pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor virus.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengelolaan pembenihan
tanaman krisan yang baik dan benar menurut Standart Operasional
Prosedur yang telah diterapkan oleh Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) yang terdiri atas;
a. Persiapan Tanaman Induk meliputi ; pemilihan
lokasi dan lahan lindung, sarana irigasi, instalasi pencahayaan, penyaiapan
lahan untuk tanaman induk krisan, perlakuan tanah, penanaman krisan, pemberian
cahayan tambhaan, pengairan, pemupukan dan pengendalian organism pengganggu
tanaman (OPT).
b. Penyetekan Pucuk meliputi ; penyiapan media
semai, panen stek pucuk krisan, aplikasi Zat Pengatur Tumbuh, penanaman
persemaian, pemeliharaan persemaian, pemanenan benih krisan, dan pengepakan
benih.
B. SARAN
1.Perawatan tanaman
induk krisan perlu dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar, agar didapatkan
hasil yang maksimal. Mengingat proses dari penyiapan tanaman induk dan penyetekan
yang dijalankan ada banyak tahapan yang berkesinambungan.
2.Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
yang digunakan dalam proses penyetekan. Agar diperoleh konsentrasi yang optimal
sehingga dapat mengefisienkan biaya produksi yang ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Balithi, 2000. Krisan.Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian), Jakarta.
Badriah, D.S. 2007. Buklet Petunjuk Teknis
Budidaya Krisan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Holtikultura Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Chockshull, K. E.
1982. Disbudding and its effect on dry matter distribution in
Chysantemum morifolium. J. Of Hortic. S.ci. 57(2) : 205-207.
Cockshull, K.E,
1976. Flower and Leaf Initiation by
Chrysanthemum morifolium Ramat.In long days. J. Hort. Sci.
51; 441-450.
Davis, T. D. and J.R.Potter. 1981. Curent photosynthate as
a limiting factor in adventitous root formation on leafy pea cutting J. Amer.
Soc. Hort. Sci.106:278-282.
Dirjen Horikultura, 2012. SOP dan PetLap Pasca Panen Bunga
Krisan Potong. Departemen Pertanian RI. Jakarta Selatan, Jakarta.
Direktorat Pembenihan dan Sarana Produksi. 2008. Prosedur
Operasional Standar(POS) Produksi Benih Krisan (Dendrathema
grandiflora Tzvelev Syn.). Direktorat Jenderal Hortikultura. Jakarta. 76
hal.
Ermawati Dewi., Didik Indradewa., dan Sri Trisnowati, 2011. Pengaruh
Warna Cahaya Tambahan terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tiga Varietas
Tanamana Krisan (Chrysanthemum morfolium) Potong.Skripsi. Fakultas Biologi,
UGM, Yogjakarta.
Hadinata, D. 1999. Produksi Krisan Pot. Prosiding
Workshop Florikultua , IPB, Bogor. Vol. II:167-176.
Klapwijk, D. 1987.
Effect of season on g rowth and development of schysanthemum in the vegetatif
phase. Acta Hort. 197 : 63-69.
Kofranek, A. M. 1992. Cut Chrysanthemum. InR. A.
Larson (Ed.) Introduction to Floriculture. Acad Press, Inc., New
York.636 p.
Krisantini. 2006. Produksi Krisan Pot : Budidaya Bunga dan
Tanaman Hias. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.16 hal.
Leopold, A.C., and P.E. Kriedman, 1975.Plant growth and
development. Tata Mc. Graw Hill Book Co. Ltd. New Delhi.
Majalah Padi, 2008. Etalase.http://majalahpadi.blogspot.com/2008/04/etalase.html (akses
1 Desember 2013).
Martini, T. 2009. Standart Operasional Prosedur Produksi
Benih Krisan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta.
Masswinkel, R and Y. Sulyo. 2004. Chrysanthemum Physiologie. Training
on Chrysanthemum Cultivation I, 24 Oktober 2004. Balai Penelitian Tanaman
Hias.
Moe, R. 1988. Effect
of stock plant environment on lateral branching and rooting . Acta
Hort. 226 : 431-440.
Mortensen, L. M. 2000. Effect of air humidity on growth,
flowering, keeping quality and water relation of four short-day green house
species.Scientia Hortic 86: 299-310.
Nasional Chrysanthemum Society. 2003. Chrysanthemum
classes. http:// www.nationalchrysanthemumsociety.org.uk [10
Oktober 2013].
Purbianti, Titik., Otto Endarto, Agus Suryadi, Endah
retnaningtyas, dan P.E.R Pihardini. 2002. Respon Perlakuan ZPT dan
Pengendalian Hama pada tanaman bunga mawar. Penelitian.BPTP JawaTimur.
Surabaya.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2006. Budidaya
Krisan Bunga Potong (Prosedur Sistem Produksi). Horticultural Research
Cooperation Between Indonesia and the Netherlands. 60 hal.
Rianto, D. 2008. Standarisasi Mutu Bunga Potong dalam Pelelangan.Standar
di UPT Rawa Belong. 6 hal.
Rukmana, R. dan A. E. Mulyana. 1997. Krisan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.